Game level 11 hari ke 4
Bismillah....
Hari ke 4, Dipresentasikan oleh Kelompok 3 pada tanggal 23 September 2018.
Dengan Tema : Menumbuhkan fitrah seksualitas anak 0 - 4 tahun
RESUME
materi pembuka dengan penayangan video yang kebetulan saya tidak bisa membuka nya, yaitu tentang hal yang tidak sepatutnya di lakukan oleh anak - anak.
Review
Anak dari sedini mungkin harus kita tumbuhkan fitrah seksualitas nya, anak perempuan kita perlakukan sebagai anak perempuan dan kita jelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, mana yang boleh dan tidak dengan bahasa anak tentunya.
sedini mungkin agar anak tidak melakukan hal yang tidak kita inginkan dan terpapar oleh hal yang tidak kita inginkan dari sumber yang tidak jelas karena era digital. Orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak dan role model pada usia ini
#Bunda sayang
#Game level 11 hari ke 4
#Fitrah seksualitas
Hari ke 4, Dipresentasikan oleh Kelompok 3 pada tanggal 23 September 2018.
Dengan Tema : Menumbuhkan fitrah seksualitas anak 0 - 4 tahun
RESUME
materi pembuka dengan penayangan video yang kebetulan saya tidak bisa membuka nya, yaitu tentang hal yang tidak sepatutnya di lakukan oleh anak - anak.
Peran ayah atau ibu dalam menumbuhkan fitrah seksualitas di umur anak 0
- 4 tahun untuk anak perempuan dan laki-laki.
Usia 0-2 tahun - merawat kelekatan (attachment) awal
Anak lelaki atau anak perempuan didekatkan kepada ibunya karena ada
masa menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta.
Usia 3-6 tahun - menguatkan konsep diri berupa identitas gender
Anak lelaki dan anak perempuan di dekatkan kepada ayah dan ibunya
secara bersama. Usia 3 tahun, anak harus
dengan jelas mengatakan identitas gendernya. Misalnya anak perempuan harus
berkata "bunda, aku
perempuan", sebaliknya juga anak lelaki.
Jika sampai usia 3 tahun masih "bingung" identitas gendernya,
ada kemungkinan sosok ayah atau sosok ibu tidak hadir. Inilah tahap penguatan
konsep identitas gender pada diri anak
Pada tahap ini praktek "toileting", dapat dijadikan juga
sarana menumbuhkan fitrah seksualitas berupa penguatan konsep diri atau
identitas gendernya
Diharapkan usia 3 tahun anak sudah bisa mengatakan dengan jelas bahwa
ia laki-laki atau perempuan. Melalui peran ayah dan ibu yang seimbang. Anak
laki-laki dapat contoh dari ayah bagaimana cara berbicara, berpakaian,
bertingkah laku sebagai seorang laki-laki. Dan perempuan mendapatkan dari sang
ibu.
Ada pertanyaan dari Audience :
sosok ayah ditampilkan sebagai the person of "tega" dan ibu
sebagai "pembasuh luka"
ini klo terbalik bagaman aya.. apakah akan berdampak terhadap anak. misalnya di
suatu rumah tangga si bunda cenderung lebih galak dan tegas daripada ayah.. dan ayah lebih sabar.. apakah akan berpengaruh negatif? haruskah selalu ayah
sebagai ikon ketegasan dan bunda ikon kelembutan..
Kalo yang saya tau dari seminar ust. Harry, ini yang idealnya sang
ayahlah ikon ketegasan dan ibulah ikon kelembutan. Bagaimana kalau terbalik?
Berarti ayah atau ibu belum sadar akan perannya. Atau mungkin ibu
mengambil peran ganda. Ibu yang mengambil peran ganda menjadi tergerus fitrah
kelembutannya.
Jika ayah belum mau ikut didik anak?
1. Ayah tidak merasa bahwa mendidik anak itu adalah bagian dari Aqidah.
Termasuk bahwa anak adalah pelanjut misi perjuangan (regenerasi) dari Ayah.
Misi perjuangan itu jelas bagian dari Aqidah. Di akhirat, ayah dan anak akan
dipersambungkan lagi apabila ada ikatan aqidah atau ikatan yang sama dalam
perjuangan.
2. Di masa anak, banyak anak lelaki kehilangan figur ayah (baik ayah
ada maupun tiada), sehingga have no idea to be a good father. Beberapa kasus
dimana ayah di masa lalu sangat dominan egonya, maka muncul anak lelaki yg
malah kurang supply ayah, ketika dewasa menjadi peragu, posesif bahkan membenci
sosok ayah.
3. Para Ayah yang salah karir jelas tak akan fokus menjalani peran ayah,
karena fitrah lelaki itu "single tasking", mereka akan sulit move on
jika sesuatu yang menjadi aktifitas utamanya ternyata bukan panggilan hidupnya
atau tidak sesuai dengan bakatnya dstnya.
Solusinya? Dido'akan
Komentar
Posting Komentar